A.
Definisi
Vaskulitis
adalah suatu kumpulan gejala klinis dan patologis yang ditandai dengan adanya
proses inflamasi dari nekrosis dinding pembuluh darah. Pembuluh darah yang
terkena dapat arteri atau vena dengan berbagai ukuran. (IPD, Jilid II edisi 3,
Nanang Sukamana).
Vaskulitis
merupakan proses patologis yang ditandai dengan adanya peradangan dan nekrosis
dari pembuluh darah baik arteri kecil atau besar maupun vena.
Vaskulitis
adalah peradangan pada pembuluh darah.
B.
Etiologi
Sampai
saat ini penyebab penyakit ini belum di ketahui dengan jelas, namun ada
beberapa yang memegang peranan yang memicu timbulnya penyakit ini, yaitu:
·
Komplek
imun
·
Infeksi
bakteri atau virus
·
Elergi
terhadap obat atau akibat pajanan terhadap bakteri, virus dan parasit.
·
Idiopatik
·
Nekrosis
granulomatosa
C.
Klasifikasi Vaskulitis
Table 1. Klasifikasi Vaskulitis Menurut Churg
Vaskulitis
Primer (Idiopatik)
|
Vaskulitis
Sekunder
|
-
Polierteritis nodosa (PAN)
-
Granulomatosis Wegener
-
Granulomatosa elergik
-
Vaskulitis primer susunan saraf pusat
-
Arteritis sel besar
-
Arteritis Takayasu
-
Vaskulitis Granulomatosa Idiopatik
-
Vaskulitis pembuluh darah kecil
- Purpura Henoch-Schonlein
-
Sindrom Bechet
-
Tromboangitis obliteran
|
-
Infeksi
-
Penyakit Kawasaki
-
Penyakit jaringan ikat
-
Vaskulitis hipokomplementemik
-
Krioglobulinemia
-
Vaskulitis sarkoidosis
-
Reaksi obat dan serum sickness
-
Keganasan
-Vaskulitis
radiasi
-
Keadaan lain seperti: akibat hipertensi
|
Table 2. Klasifikasi Vaskulitis Menurut Konsesus Chapel Hill
Klasifikasi
|
Jenis
Vaskulitis
|
-
Vaskulitis pembuluh darah besar
-
Vaskulitis pembuluh darah sedang
-
Vaskulitis pembuluh darah kecil
|
-
Arteritis sel besar (Giant cell arteritis)
-
Arteritis Takayasu
-
Poliarteritis nodosa
-
Penyakit Kawasaki
-
Sindroma Churg Strauss
-
Granulomatosa Wegener
-
Purpura Henoch Schonlein
-
Poliangitis mikroskopik
-
Vaskulitis krioglobulin esensial
-
Angitis kutaneus leukositoklastik
|
D.
Patofisiologi Vaskulitis
Walaupun manifestasi klinisnya sama
yaitu vaskulitis, akan tetapi proses patogenesis yang mendasari berbagai
penyakit tersebut berbeda, tergantung pada klasifikasi vaskulitis itu sendiri.
Mekanisme patologis beberapa jenis vaskulitis di dasarkan atas adanya komplek
imun dan ada yang di dasarkan atas adanya serangan antibodi, namun ada beberapa
jenis vaskulitis yang sampai saat ini patofisiologisnya belum jelas. Jenis
vaskulitis ini adalah: Arteritis sel besar, Vaskulitis susunan saraf
pusat, Arteritis Kawasaki, Poliarteritis mikroskopik, Vaskulitis
krioglobulinemia esensial, dan Angitis leukositoklastik. Pada vaskulitis yang
di dasarkan pada komplek imun menunjukkan bahwa terdapat kaitan antara antigen permukaan
virus hepatitis Bdengan Ig M terhadap terjadinya parubahan pada
didinding arteri pasien polierteritis.
Pada
sebagian besar vaskulitis terdapat bukti bahwa mekanisme terjadinya adalah
melalui kompleks imun. Keadaan imunologi yang dapat menerangkan timbulnya
aktivasi imunologi ditentukan ileh beberapa keadaan, yaitu jumlh antigen,
kemampuan tubuh mengenai antigen, kemempuan respons imun untuk mengeliminasi
antigen dan route (target organ) yang dirusak.
Vaskulitis
Reumatoid dan Poliarteritis Nodosa
Patologi pada penyakit ini yaitu: adanya inflamasi nekrotik
fokal, panmural mengenai arteri otot berukuran kecil dan sedang. Seluruh arteri
tubuh dapat terkena dengan berbagai tingkatan inflamasi. Lesi awal berupa
nekrosis fibrinoid bersebukan sel radang. Perubahan kronik tampak sebagai parut
yang tebal dan menyebabkan oklusi pembuluh darah. Pada tahap awal tampak
adanya deposit komplek imun baik immunoglobulin maupun
komplemen dan sulit di temukan pada fase kronik.
Vaskulitis
Hipersensitif
Proses
inflamasi dapat di cetuskan oleh reaksi alergi terhadap obat atau akibat
pajanan terhadap bakteri, virus atau parasit. Reaksi di perantarai sel maupun
komplek imun dapat terlihat pada penyakit ini. Pada fese akut tampak
pembengkakan endotel pembuluh darah di sertai oklusi lumen, sebukan sel radang
polimurfonuklear dan tampak adanya fragmentasi nucleus serta leukositoklasik.
Tampak pula nekrosis fibrinoid dan ekstrafasasieritrosit. Fase lanjut akan
mengenai jaringan ikat yang lebih luas dari dermis.
Angitis
Granulomatosa dan Alergi (Sindrom Churg-Strauss)
Pada
pembuluh darah dapat di jumpai deposit imunoglobulin. Nekrosis granulomatosa di
jumpai baik pada arteri kecil dan sedang maupun pada vena. Granuloma berukuran
1 mm yang terletak dekat arteri kecil mengandung banyak eusinofil yang di
kelilingi oleh makrofag dan sel raksasa epiteloid. Pada fese akut sebukan sel
radang lebih banyak di dominasi oleh eusinofil dan pada fese kronik lebih
banyak di jumpai makrofag dan sel raksasa. Pada kulit, ginjal gambaran patologi
lebih karakteristik dimana terlihat granuloma eusinofilik serta infiltrasi
eusinofil.
Arteritis
Takayasu
Proses patofisiologi penyakit ini di kaitkan dengan adanya
infeksi oleh spirochaeta, basil tuberculosis dan streptococcus. Di jumpai adanya
antibodi terhadap aorta.
Purpura
Henoch-Schonlein
Sepertihalnya
vaskulitis hipersensitif, pada penyakit ini memberikan gambaran patofisisologi
yang hampir sama. Kebanyakan immunoglobulin yang di jumpai adalah Ig A. proses
aktivasi komplemen lebih banyak melalui jalur alternatif.
Granulomatosis
Wegener
Pada
tahap awal terlihat keterlibatan paru dan di ikuti oleh berbagai proses
inflamasi sistemik di banyak jaringan lain termasuk ginjal. Terdapat gangguan
imunitas yang di perantarai sel dan di curigai berkaitan dengan faktor genetik
berkaitan dengan HLA-DR2 dan HLA-B8. pada fase awal tampak adanya granuloma
nekrotik yang di kelilingi oleh histiosid yang membentuk palisade.
E.
Manifestasi Klinis
Vaskulitis
Reumatoid
Manifestasi klinis yang merupakan gabungan dengan arthritis
rheumatoid sering di jumpai pada pasien ini, baik laki-laki maupun wanita,
dapat di jumpai gejala konstitusional seperti demam dan kelelahan, Infark ujung
jari merupakan kelaininan yang mudah di temukan di sertai dengan neuropati
sensorimotor. Penyakit ini tidak berkaitan dengan gangguan ginjal. Di jumpai
peningkatan titer factor rheumatoid, rendahnya kadar komplemen serum,
krioglobulin dan meteri komplek imun dalam serum, juga terdapat peningkatan
laju endapan rendah, anemia, trombosit dan menurunnya kadar albumin serum.
Poliarteritis
Nodosa (Poliarteritis nodosa klasik)
Suatu penyakit kompleks imunarteri muskularis dan arteriol.
Penyakit ini jarang mengenai paru dan etiologinya belum diketahui. Gejala yang
dapat di temukan ialah: artralgia, mialgia, gangguan saraf perifer, kemerahan
pada kulit, nodul di kulit, nyeri abdomen, hipertensi, dan gangguan pada
jantung (gagal jantung). Pada beberapa kasus terdapat perforasi usus dan
instususepsi ileoilel yang disebabkan oleh vaskulitis dinding usus yang
menyebabkan udema dan pendarahan submukosa.
Vaskulitis Hipersensitif
Demam merupakan gejala sistemik yang paling sering pada
penyakit ini, di duga demam terjadi akibat pelepasan mediator sitokin yang
bersifat vasokontriktor yang menghambat pengeluaran panas tubuh. Gejala lain
pada penyakit ini yaitu purpura yang dapat di raba, nyeri abdominal dan
arthritis. Edema pada kaki, tangan, periorbital seringkali di jumpai.
Artritis terutama mengenai sendi lutut dan pergelangan kaki. Hipertensi di
jumpai pada 13% pasien, dan jarang terjadi kelainan fungsi ginjal.
Angitis
Granulomatosa dan Alergi (Sindrom Churg-Strauss)
Keadaan yang perlu di ketahui mengenai penyakit ini ialah:
· Peradangan
granulomatosa di mana vaskulitis yang mengenai arteri dan vena pembuluh darah
sedang dan dapat mengenai paru, saluran nafas bagian atas, usus, susunan saraf
perifer, dan kulit.
· Di
awali gejala fase alergi (gejala asma)
· Eosinofilia
dan peninggian eosinofil di paru.
Arteritis
Takayasu
gAdalah suatu penyakit kronik yang tidak di ketahui
etiologinya yang sering muncul pada perempuan muda. Awalnya dominansi gejala
sistemik lebih manonjol seperti: demam ringan, kelelahan, penurunan BB,
artalgia maupun artritis dan panas yang tidak terlalu tinggi. Kemudian di ikuti
oleh infusisinensi vaskuler akibat sumbatan atau penyempitan arteri besar.
Klaudikasio, penurunan suhu ekstremitas sering di jimpai. Hipertensi di jumpai
lebih dari 50% pasien. Apabila kelaini ini mengenai arteri pulmonalis dapat
timbul gejala sesak nafas, hemoptisis atau hipertensi pulmonal. Kelainan akibat
stenosis arteri mesentrika dapat menimbulkan nyeri abdominal atau pendarahan
gastrointestinal. Pada arteri koronaria yang manyempit dapat timbul gejala
angina pectoris.
Purpura
Henoch Schonlein
Berawal berupa ruam macula erterimatosa pada kulit yang
disertai rasa gatal dan berlanjut menjadi palpable purpura tanpa adanya
trombosotopenia. Purpura dapat timbul dalam 12-24 jam. Purpura terutama
terdapat pada kulit yang sering terkena tekanan. Penyakit ini merupakan suatu
sindrom tanpa trombositopenia, nyeri abdomen, kadang ditemukan perdarahan
saluran cerrna, dan kelainan ginjal. Ditemukannya kompleks imun IgA di jaringan
merupakan hal yang patognomonik. Umumnya pasien adalah anak-anak dan
kadang-kadang penyakit ini self limiting yang tidak memerlukan pengobatan.
Granulomatosa
Wegener
Suatu vaskulitis yang banyak menyerang saluran nafas bagian
atas seperti: rinorea, sinusitis, ulkus mukosa hidung, otitis media bahkan
sampai ketulian dengan gejala seperti: batuk, hemoptisis, sesak nafas, bahkan
sampai terjadi efusi pleura.pada stadium lanjut biasanya dapat di jumpai
kegagalan ginjal yang progresif. Proses inflamasi yang terjadi dapat
mengenai system arteri dan vena terbukti dengan di temukannya deposit sel
limfosit dan sel fagosit lainnya. Dari keadaan ini dapat di simpulkan bahwa
yang bertanggung jawab pada proses ini adalah system imun. Kelainan sendi
berupa artalgia, kelainan seraf cranial dapat di jumpai pula pada penyakit
ini.
G. Penatalaksanaan Medis
Vaskulitis
Reumatoid dan Poliarteritis Nodosa
Pengobatan bergantung pada jenis dan luasnya lesi. Pada
dasarnya pengobatan pada penyakit ini tidak memerlukan pengobatan tambahan
selain dari penggunaan anti inflamasi non steroid. Penggunaan dipiridamolpada
beberapa penelitian memberikan harapan yang baik, walaupun belum di lakukan
penelitian acak terkontrol dalam hal ini. Seperti halnya arthritis rheumatoid,
glukokortikoid dapat di berikan pada kelainan yang progresif seperti:
manifestasi infak ujung jari atau neuropati sensorik dan motorik. Panggunaan
prosedur transfusi tukar walaupun telah di gunakan, saat ini masih merupakan
pengobatan alternatifdalam tahap eksperimantal.
Vaskulitis Hipersensitif
Dalam penatalaksanaan vaskulitis hipersensitif, suatu hal
yang harus di lakukan pertama kali adalah menyingkirkan seluruh obat-obatan
atau antigen yang di duga sebagai penyebabnya. Pada kasus yang ringan hanya di
jumpai purpura pada kulit tanpa dijumpainya gejala sistemik atau keterlibatan
organ internal, umumnya tidak di perlukan pengobatan spesifik. Pada kasus
dengan gejala sistemik atau keterlibatan organ vital dapat di berikan pengobatan
glukokortikoid yang setara dengan 20-60 mg/hari tergantung pada beratnya gejala
klinis. Jika glukokortikoid tidak memberikan perbaikan yang bermakna atau
timbul efek samping pada penggunaan obat, penggunaan sitostatika dapat di
pertimbangkan walaupun belum jelas bahwa pemberian sitostatika merupakan cara
pengobatan yang lebih baik. Pada kasus vaskulitis hipersensitif kronik dimana
factor pencetus sulit di tentukan, penggunaan dopsone, OAINS atau colchicines
dapat di coba, walaupun hasil pengobatan dengan penggunaan modalitas ini
umumnya masih bervariasi.
Angitis
Granulomatosa dan Alergi (Sindrom Churg-Strauss)
Pengobatan utama penyakit ini adalah: pemberian
kartikosteroid serta dengan prednisone 20-40 mg/hari, dalam dosis yang terbagi.
Penggunaan kartikosteroid bersama pulse siklofosfamid atau pertukaran plasma
bersama sitostatika pada kelainan ini belum jelas manfaatnya. Prognosis pasien
pada penyakit ini umumnya lebih baik dari jenis poliarteritis yang lain.
Arteritis
Takayasu
Pada tahap awal pemberian steroid sangat membantu dalam
menekan gejala sistemik serta mengatasi timbulnya stenosis pembuluh darah.
Pemberian dengan teknik pulse dapat dengan cepat memperbaiki keadaan penyakit
terutama keluhan klaudikasio. Dosis yang di anjurkan adalah: 45-60 mg prednison
dalam dosis ekuivalen. Parameter laboratorik saperti laju endapan darah (LED)
di pakai untuk menentukan aktifitas penyakit, serta dosis steroid dapat di
turunkan sampai dosis minimum yang tetap memberikan efek supresi terhadap
gejala klinisnya. Selanjutnya di lanjutkan dengan dosis pemeliharaan (dosis
kecil) jangka panjang. Penggunaan sitostatik, vasodilator atau anti koagulan
tidak memberikan hasil yang memuaskan. Penyakit ini dapat mengalami remisi
spontan atau menjadi lebih buruk dan menimbulkan kematian.
Purpura
Henoch Schonlein
Penyakit ini bersifat self-limited dan berfariasi antara
6-16 minggu. Untuk kasus ringan pengobatan soportif biasanya mencukupi,
sedangkan pada kusu yang lebih berat di perlukan steroid selama fase akut untuk
mencegah perburukan maupun kelainan ginjal.
Granulomatosa
Wegener
Pada beberapa kasus penggunaan glukokortikoid memberikan
hasil yang baik, di samping penggunaan siklofosfamid, azatioprin, metotreksat,
klorambusil, dan nitrogen mustard. Siklofosfamid labih baik dari azatioprin
dalam menginduksi timbulnya remisi. Di pakai dosis 2 mg/kbBB secara oral. Pada
pasien yang menunjukkan reaksi elergi terhadap siklofosfamid dapat di pakai
azatioprin atau dengan penambahan kotrimoksazol. Apabila di jumpai manifastsi sistemik
yang berat, harus di berikan pula prednison secara bersamaan dengan
siklofosfamid dengan dosis 1 mg/kgBB dalam dosis terbagi. Dosis prednison dapat
di turnkan apabila gejala sistemik telah teratasi.
Evaluasi penyakit dapat di lakukan dengan pemeriksaan
terhadap laju endapan darah, kadar c-reactive protein (CRP). Pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal biasanya prognosisnya lebih buruk dan bila terjadi gagal
ginjal di perlukan tindakan cuci darah.
H.
Komplikasi
Komplikasi
dari vaskulitis tergantung pada jenis vaskulitis yang Anda miliki. :Secara
umum, komplikasi yang dapat terjadi adalah: kerusakan organ. Beberapa
jenis vaskulitis mungkin parah, menyebabkan kerusakan pada organ utama.
Episode
berulang dari vaskulitis. Bahkan ketika pengobatan vaskulitis
adalah awalnya berhasil, kondisi bisa kambuh dan memerlukan perawatan lebih
lanjut. Dalam kasus lain, vaskulitis mungkin tidak pernah
benar-benar pergi dan membutuhkan perawatan yang berkelanjutan
I.
Pemeriksaan Diagnostik
Uji laboratorium rutin daklah spesifik. Anak-anak yang
terkena seringkali mempunyai trombosit dan leukosit sedang. Eritrosit
sendimentation rate (ESR) dapat meningkat. Anemia dapat di hasilkan dari
kehilangan darah gastrointestinal akut maupun kronik. Komplek imun seringkali
tampak, dan 50% pasien mempunyai peningkatan konsentrasi Ig A dan IG M tetapi
biasanya negative untuk antinuclear antibodies (ANAs), antibodies to nuclear
cytoplasmic antigen ( ANCAs), dan factor rheumatoid. Anticardiolipin atau
antiphospholipid antibodies dapat hadir dan berkontribusi terhadap coagulopati
intravascular. Intususepsi biasanya ileoileal likasinya: barium enema dapat di
gunakan untuk identifikasi dan reduksi non bedah. Keterlibatan ginjal
bermanifestasi oleh sel darah merah, sel darah putih, Kristal atau albumin
dalam urine.
Diagnosis definitive vaskulitis, di konfirmasikan dengan
biopsi pada kutaneus yang terlibat, menunjukkan leukocytoclasic angitis. Biopsi
ginjal dapat menunjukkan deposisi Ig A mesangial dan seringnya Ig M, C3, serta
fibrin. Pasien dengan nefropati Ig A dapat mempunyai titer antibody plasma yang
meningkat melawan H. parainnfluenzae.
KONSEP ASKEP
A. Pengkajian
Pengkajian
1.Identitas
Klien
Nama,
jenis kelamin, umur, status perkawinan, pekerjaaan, pendidikan terakhir, alamat
2.Riwayat
Kesehatan
·
Riwayat
kesehatan sekarang seperti gelisah, bingung, cemas dan demam, nyeri sendi,
kemerahan pada kulit, nodul di kulit, nyeri abdomen, hipertensi, pucat
(anemia), ganggguan pada jantung, ( gagal jantung), edeme pada kaki dan tangan,
kelainan fungsi ginjal.
·
Riwayat
kesehatan dahulu
Apakah
pernah mengalami asma, pneumonia dll.
·
Riwayat
kesehatan keluarga
Apakah
ada diantara anggota keluarga pasien ada yang mengalami penyakit yang sama
dengan pasien.
3. Kebiasaan sehari-hari
a. Biologis
· Pola
makan : frekuensi, jumlah porsi yang habis, cara makan, makanan yang disukai
dan tidak disukai.
· Pola
minum : frekuensi
· Pola
tidur : jumlah jam tidur, kesulitan dalam tidur
· Aktifitas
sehari-hari : Kegiatan yang dilakukan dari bangun tidur sampai mau tidur
krmbali
b. Psikologis
Keadaan
emosi : kondisi psikologis
4. Pemeriksaan fisik:
·
TTV:
TD
: 130/90 mmHg
ND:
120 x/i
RR:
15 x/i
S :
39 C
·
Sistem integument (kulit): - turgor
kulit buruk
-
terdapat ruam macula dan -perpera pada kulit
-
Eritema (+)
-
Udema (+)
-
Kulit berisi air
-
Lesi kulit (+)
-
Suhu kulit hangat
-
Tekstur lunak
-
kulit sedikit menonjol
-
lesi datar dan timbul pada berbagai ukuran
·
Kuku:
kuku pucat dan sedikit sianosis
·
Hidung:
Pernafasan koping hidung
·
Mulut:
mucosa bibir kering
·
Paru
- Inspeksi:
RR: 15 x/i, penggunaan ptpt bantu pernafasan (+), hipernea (+),
Takipnea
(+), dispenea (+), perubahab kedalaman pernafasan.
5. Pemeriksaan penunjang
·
AGD:
menunjukkan luju endapan darah > 50 mm/jam
·
Pemeriksaan
darah didapat:
-
penurunan Hb
-
penurunan eritrosit
-
hipergamaglobulin
-
granulosit pada pembuluh darah tinggi
-
luokosit normal
-
trombosit normal
- peningkatan
eosinofil
·
Hasil
foto rotgen: menunjukkan foto dada abnormal, ada nodul, kafitas, dan infiltrate
paru yang tidak menetap
·
Pemeriksaan
urine: di temukan hematuri, sendimen urine
Data
dasar pengkajian pada pasien dengan vaskulitis
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala:
limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, kelemahan,
kelelahan
Tanda:
penurunan toleransi terhadap aktivitas, keterbatasan rentang gerak, keleinan
pada kulit dan pembuluh darah.
2. Sirkulasi
Gejala: proses
penyembuhan luka yang lambat
Tanda:
Sianosis.
3. Intergritas Ego
Gejala:
factor- factor stress akut/kronis, situasi ketidak mampuan dan ancaman pada
konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi.
4. Makanan/cairan
Gejala
: tidak napsu makan, mual, anoreksia
Tanda
: penurunan BB, kekeringan pada membran mukosa, dan dapat menunjukkan adanya
bising usus hiperaktif.
5. Higiene
Gejala:
kesulitan untuk melaksanakan aktifitas perawatan diri.
6. Neurosensori
Gejala:
perubahan status mental, kehilangan kemampuan diri untuk
mengatasi masalah, konsentrasi menurun
Tanda:
perubahan status mental, konsentrasi buruk, ansietas yang
berkembang bebas dan menurunya kekuatan otot.
7. Pernapasan
Gejala:
batuk, sesak napas
Tanda:
distress pernapasan
8. Nyeri/Kenyamanan
Gejala
: Nyeri local, sakit, rasa terbakar pada daerah yang terkontaminasi,
sertarasa nyeri yang kronis.
Tanda
: penurunan rentang gerak, gerak otot melindungi bagian yang sakit.
9. Keamanan
Gejala
: kulit mengkilat, tegang, lesi kulit, ruam
Kesulitan
dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga Demam
ringan menatap.
10. Interaksi social
Gejala:
kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain
Tanda:
perubahan peran, isolasi
11. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala
: Riwayat makanan kesahatan, vitamin, penyembuhan vaskulitis tanpapengujian.
Rencana
pemulangan: mungkin membutuhkan bantuan pada transportasi,
aktivitas perawatan diri, dan tugas/pemeliharaan rumah
tangga.
12. Pemeriksaan diagnostic
Factor
rheumatoid: positif pada 80%-95% kasus
LED:
umumnya meningkat pesat
C-reaktif
protein: positif selama masa eksaserbasi
SDP:
meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
B. Analisa Data
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
|
DS:
-Klien mengatakan ketidaknyamanan
disekitar abdomennya.
-Klien mengatakan nyeri disekitar
abdomennya.
DO:
- Klien tampak
kesakitan
- Klien tampak
memegang bagian
Tubuh
yang sakit
- Ekspresi
wajah klien menahan
nyeri
- Adanya penegangan abdomen
- Adanya kelainan umbilicus
- TTV:
TD : 130/90 mmHg
ND: 120 x/i
RR:32x/i
|
Radang pada dinding usus dan
stenosis arteri mesentrika
|
Gangguan rasa nyaman (nyeri
kronik)
|
2.
|
DS:
-Klien mengatakan sangat mudah kelelahan.
-Klien mengatakan tidak mampu
melakukan aktivitas secara efektif.
DO:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak keletihan
- Klien tampak pucat
- Klien mengalami penurunan
toleransi
aktivitas/latihan
- Klien banyak tidur/istirahat
- Palpitasi (+)
- Takikardia (+)
- Respon pernafasan dengan kerja
ringan
-TTV:
TD : 130/90 mmHg
RR : 15 x/i
|
ketidak seimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksegen(anemia)
|
Intoleransi aktivitas
|
3.
|
DS:
-Klien mengatakan gelisah.
-Klien Mengatakan kesulitan
bernafas karena nyeri.
-Klien mengatakan hanya dapat
bernafas dengan dangkal karena nyeri pada dadanya.
DO:
- Klien tampak lemah
- Klien tampak kesulitan bernafas
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak nyeri dada setiap
kali
bernafas
- Klien tmpak menahan nafas
- Terjadi perubahan kedalaman
pernafasan
- Pernafasan cuping hidung
- TTV:
TD : 100/80
mmHg
ND : 60 x/i
RR : 15
x/i
- Penggunaan otot Bantu pernafasan
(+)
- Bunyi nafas terdengar
- Dispenea (+)
- Hipernea (+)
- Takipnea (+)
- Perubahan kedalaman pernafasan
- Penurunan kapasitas vital
- Mukosa bibir kering dan pucat
|
Nyeri dada yang diakibatkan oleh
sesak nafas
|
Pola nafas tidak efektif
|
C. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
yang Mungkin Muncul
1. Gangguan rasa nyaman
(nyeri kronik) berhubungan dengan radang pada dinding usus dan stenosis arteri
masentrika.
2. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan katidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksegen(anemia).
3. Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan nyeri.
4. Infeksi berhubungan
dengan proses inflamasi, proses penyakit.
5. Gangguan integritas
kulit berhubungan dengan purpure, proses inflamasi.
Rencana
asuhan keperawatan (Nurse Care planning/NCP)
NO
|
Dx.Keperawtn
|
Tujuan
|
Kretaria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Gangguan
rasa nyaman (nyeri kronik) berhubungan dengan radang pada dinding usus dan
stenosis arteri masentrika.
|
Setelah dilakukan intervensi
selama 2x24jam diharapkanjalan napas kembali epektif
|
-di harapkan rasa nyeri berkurang
-menunjukan rile ks
-istirahat atau tidur
|
Mandiri:
1 tentukan karakteristik nyeri
Tajam, konstan, selidik perubahan
karakter
2. pantau tanda vital
3.berikan tindakan nyaman misalnya
, pijatan punggung , perubahan posisi, musik tenang,
Kalaborasi:
Berikan obat sesuai
indikasi
|
1. nyeri biasanya ada dalam
beberapa derajat vaskulitis juga dapat timbul komplikasi vaskulitis .
2. perubahan fekuensi jantung atau
TD menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri , khususnya pada perubahanalasan
lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat
3. tindakan ini untuk
menmenghilangkan rasa ketidak nyamanan atau mengurangi
Obat ini bertujun
untuk meningkatkan kenyamanan atau istirahat umum
|
2
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan katidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen(anemia)
|
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan intoleransi aktifitas dan kebutuhan
oksigen dapat terpenuhi
|
-ditunjukkan penurunan tanda
pisiologis,intoleransi,misalnya nadi,pernafasan, masih dalam rentang pasien
|
Mandiri:
1. kaji kemampuan pasien untuk
melakukan aktivitas, catat kelelahan dan kesulitan dalam beraktivitas
2.kaji tanda- tandaa vital setelah
beraktivitas
3. catat respon terthadap tingkat
aktivitas
4. beri lingkungan yang tenang
5. ubah posisi pasien dengan
berlahan dan pantau
|
1. mencegah
terlalu lelah
2 perubahan pekuensi jantung TD
menunjukan bahwah pasien mengalami sesak napas , khususnya bila alas an lain
untuk tanda vital telah terlihat
3 ketika beraktivitas terdapat
kesulitan dan kelelahan
4,lingkungan yang tenang
meningkatkan kenyamanan atau istirahat pasien
5. lingkungan yang tenang
meningkatkan kenyaman atau istirahat pasien
|
3
|
Pola nafas tidak efektif b.d nyeri
|
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama 2x 24 jam diharapkan tidak terjadi lgi resiko tinggi terhadap infeksi
|
napas normal
|
Mandiri:
1. kaji frekuensi/kedalaman
pernapasan atau gerakan dada
2.bantu pasien untuk latihan napas
sering ,pasien mempelajari melakukan bantuan mis:efektif sementara posisi
duduk tinggi
|
Diberikan untuk memperbaiki kulit
dengan menurunkan ketidak nyamanan tetapi harus di gunakan secara hati- hati
Untuk menghilangkan ketidak
nyamanan
Salah satu penyebab vaskulitis
adalah kompleks iumn sehingga mengakibatkan lesi
|
DAFTAR PUSTAKA
Daud, Rizasyah. I, Kasjmir Yoga.Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I edisi ketiga.1996. Balai Penerbit FKUI.Jakarta.
Sukmana, Nanang. Jilid I edisi IV
Ilmu Penyakit Dalam. Juni 2006. Penerbit Depatemen Ilmu
penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta.
Kalim, Handono. Singgih, Wahono C.
Jilid II edisi IV Ilmu Penyakit Dalam. Juni 2006. Penerbit Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Sukmana, Nanang jilid II edisi III
Ilmu Penyakit Dalam 2011.Balai Penerbit Fakultas Kedokeran Universitas
Indonesia. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar