Asuhan Keperawatan pada Pasien
Gangguan Sistem Pernapasan
Sistem Respirasi
Secara garis besar pernapasan dibagi menjadi dua yaitu
sebagai berikut:
- Pernapasan dalam (internal)
Pertukaran gas antara organel sel (mitokondria) dan medium
cairnya. Hal tersebut menggambarkan proses metabolism intraseluler yang
meliputi konsumsi O2 (digunakan untuk oksidasi bahan nutrisi)
dan pengeluaran CO2(terdapat dalam sitoplasma) sampai menghasilkan
energy.
- Pernapasan luar (eksternal)
Absorpsi O2 dan pembuangan CO2 dari
tubuh secara keseluruhan ke lingkungan luar. Urutan proses pernapasan eksternal
adalah:
1) Pertukaran udara luar ke dalam alveoli
melalui aksi mekanik pernapasan yaitu melalui proses ventilasi.
2) Pertukaran O2 dan CO2 yang
terjadi di antara alveolus dan darah pada pembuluh kapiler paru-paru melalui
proses difusi.
3) Pengangkutan O2 dan CO2 oleh
system peredaran darah dari paru-paru ke jaringan dan sebaliknya yang disebut
proses transportasi.
4) Pertukaran O2 dan CO2 darah
dalam pembuluh darah kapilerjaringan dengan sel-sel jaringan melalui proses
difusi.
Gambar 1. Saluran nafas manusia
Saluran pernapasan digolongkan menjadi dua berdasarkan
letaknya, yaitu :
- Saluran nafas bagian atas
Pada bagian ini memiliki fungsi utama yaitu :
1) Air conduction (penyalur
udara) sebagai saluran yang meneruskan udara menuju saluran napas bagian bawah
untuk pertukaran gas.
2) Protection (perlindungan)
sebagai pelindung saluran napas bagian bawah agar terhindar dari masuknya benda
asing.
3) Warming, filtrasi,dan
humidifikasi sebagai bagian yang menghangatkan, manyaring, dan member
kelembapan udara yang dihirup.
- Saluran nafas bagian bawah
Secara umum terbagi menjadi dua komponen ditinjau dari
fungsinya yaitu:
1) Saluran udara konduktif, yang biasa disebut
sebagai percabangan trakheobronkhialis yang terdiri atas trakea, bronkus, dan
bronkiolus.
2) Saluran
respiratorius terminal, yang biasa disebut dengan acini yang
berfungsi sebagai penyalur (konduksi) gas masuk dan keluar dari saluran
respiratorius terminal yang merupakan tempat pertukaran gas yang sesungguhnya.
2.2 Mekanisme Pernafasan
Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh
diperlukan usahakeras pernafasan yang tergantung pada:
- Tekanan intrapleural
Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi
paru. Dalamkeadaan normal paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini
disebabkan karenaada perbedaan tekanan atau selisih tekanan atmosfir ( 760
mmHg) dan tekanan intrapleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi diafrgama
berkontraksi, volume rongga dada meningkat, tekanan intra pleural dan intra
alveolar turun dibawah tekanan atmosfir sehingga udara masuk Sedangkan waktu
ekspirasi volum rongga dada mengecilmengakibatkan tekanan intra pleural dan
tekanan intra alveolar meningkat diatas atmosfir sehingga udara mengalir
keluar.
- Compliance
Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume
dan aliran dikenal sebagai compliance. Ada dua bentuk compliance yaitu:
1) Static compliance,
perubahan volum paru persatuan perubahan tekanansaluran nafas (airway pressure) sewaktu
paru tidak bergerak. Pada orangdewasa muda normal : 100 ml/cm H2O
2) Effective
Compliance: (tidal volume/peak pressure) selama
fasepernafasan. Normal ±50 ml/cm H2O
Penurunan compliance akan mengakibatkan
meningkatnya usaha nafas.Compliance dapat menurun disebabkan oleh:
1) Pulmonary stiffes :
atelektasis, pneumonia, edema paru, fibrosis paru
2) Space occupying
prosess: effuse pleura, pneumothorak
3) Chestwall
undistensibility: kifoskoliosis, obesitas, distensi abdomen
- Airway resistance (tahanan saluran nafas)
Resistensi saluran napas adalah oposisi terhadap mengalir
disebabkan oleh kekuatan gesekan. Hal ini didefinisikan sebagai rasio dari
tekanan mengemudi dengan laju aliran udara. Perlawanan mengalir di saluran
udara tergantung pada apakah aliran adalah laminar atau turbulen, pada dimensi
jalan napas, dan pada viskositas gas.
Untuk aliran laminar, resistensi cukup rendah. Artinya,
tekanan mengemudi relatif kecil dibutuhkan untuk menghasilkan laju aliran
tertentu. Perlawanan selama arus laminer dapat dihitung melalui penataan
ulang Hukum Poiseuille ini:
Variabel yang paling penting di sini adalah jari-jari, yang,
berdasarkan elevasi dengan kekuatan keempat, memiliki dampak luar biasa pada
perlawanan.Jadi, jika diameter tabung adalah dua kali lipat, ketahanan akan
turun dengan faktor enam belas.
Untuk aliran turbulen, resistensi relatif
besar. Artinya, dibandingkan dengan aliran laminar, tekanan mengemudi jauh
lebih besar akan diperlukan untuk menghasilkan laju alir yang sama. Karena
hubungan tekanan-aliran berhenti menjadi linier selama aliran turbulen, tidak
ada persamaan untuk menghitung rapi ada hambatannya.
2.3 Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan
masalah yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan
keperawatan (Potter & Perry, 2005). Bandman dan Bandman (1995) menguraikan
seluruh proses keperawatan sebagai suatu rangkai hubungan cara-hasil (means-ends).
Cara adalah keakuratan perawat dalam mengkaji, mendiagnosis, menangani klien,
dan hasil adalah peningkatan fungsi dan kesejahteraan klien.
Dalam proses keperawatan terdapat empat tahapan yaitu:
2.3.1 Pengkajian
Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data
objektif dan subjektif dari klien.Adapun data yang terkumpul mencakup klien,
keluarga, masyarakat, lingkungan, atau kebudayaan. (Mc Farland & mc
Farlane, 1997)
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengkajian
antara lain:
- Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang
dihadapi oleh klien dengan cara memperhatikan kondisi fisik, psikologi,
emosi, social kultural, dan spiritual yang bisa mempengaruhi status
kesehatannya.
- Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan
masa lalu, saat ini bahkan bahkan sesuatu yang berpotensi menjadi masalah
bagi klien guna membuat suatu database yang lengkap. Data yang terkumpul
berasal dari perawat-klien selama berinteraksi dan sumber yang lain.
(Gordon, 1994)
- Memahami bahwa klien adalah sumber informasi primer.
- Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga,
orang yang berperan penting dan catatan kesehatan klien.
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari
pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase proses
keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer
(klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisis data
sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan (Bandman dan Bandman, 1995). Metode
pengumpulan data meliputi berikut ini :
- Melakukan wawancara.
- Riwayat kesehatan/keperawatan.
- Pemeriksaan fisik.
- Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan
diagnostik lain serta catatan kesehatan (rekam medik).
Pada pasien dengan gangguan system respirasi yaitu sebagai
berikut :
- a. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan
yang telah lalu.Perawat juga mengkaji keadaan pasien dan keluarganya.Kajian
tersebut berfokus kepada manifestasi klinik keluhan utama, kejadian yang
membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, dan riwayat psikososial.Riwayat kesehatan dimulai dari biografi
pasien. Aspek yang sangat erat hubungannya dengan gangguan sistem pernapasan
adalah usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat kerja dan tempat tinggal.
1) Keluhan Utama
Keluhan utama akan mentukan prioritas intervensi dan
mengkaji pengetahuan pasien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang
biasa muncul antara lain :
a) Batuk (Cough)
Batuk merupakan gejala utama pada pasien dengan gangguan
sistem pernapasan. Tanyakan berapa lama pasien mengalami batuk dan bagaimana
hal tersebut timbul dengan waktu yang spesifik atau hubungannya dengan
aktifitas fisik. Tentukan apakah batuk produktif atau non produktif.
b) Peningkatan Produksi Sputum
Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan
batuk atau bersihan tenggorokan. Percabangan trakheobronkial secara normal
memproduksi sekitar 3ons mukus setiap hari sebagai bagian dari mekanisme
pembersihan normal. Produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal. Tanyakan
dan catat warna, konsistensi, bau, dan jumlah dari sputum. Jika terjadi
infeksi, sputum dapat berwarna kuning atau hijau, putih atau kelabu dan jernih.
Pada keadaan edema paru-paru, sputum berwarna merah muda karena mengandung
darah dengan jumlah yang banyak.
c) Dispnea
Dispnea merupakan suatu persepsi kesulitan bernapas/napas
pendek dan merupakan perasaan subjektif pasien.Perawat mengkaji tentang
kemampuan pasien saat melakukan aktivitas.
d) Hemoptisis
Hemoptisis adalah darah yang keluar dari mulut saat batuk.
Perawat mengkaji apakah darah tersebut berasal dari paru-paru, perdarahan
hidung atau perut. Darah yang berasal dari paru-paru biasanya berwarna merah
terang karena darah dalam paru-paru distimulasi segera oleh reflek batuk.
e) Chest Pain
Nyeri dada dapat berhubungan dengan dengan masalah jantung
dan paru-paru.Gambaran lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk
membedakan nyeri pada pleura, muskuloskeletal, kardiak dan gastrointestinal.
2) Riwayat Kesehatan Masa
Lalu
Yang perlu ditanyakan perawat kepada pasien tentang riwayat
penyakit pernapasan adalah:
a) Riwayat merokok
Merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru,
emfisemia, dan bronkitis kronis.Semua keadaan itu sangat jarang menimpa.
Anamnesis harus mencangkup usia mulainya merokok secara rutin, rata-rata jumlah
rokok yang dihisap per hari, dan usia menghentikan kebiasaan merokok.
b) Pengobatan saat ini dan
masa lalu
c) Alergi
d) Tempat tinggal
3) Riwayat Kesehatan
Keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien
penyakit paru-paru ada tiga hal yaitu:
a) Penyakit infeksi
Khususnya tuberkulosis paru
ditularkan melalui satu orang ke orang lain. Manfaat menanyakan riwayat kontak
dengan orang terinfeksi akan dapat diketahui sumber penularannya.
b) Kelainan alergi
Contohnya asma bronkial
c) Pasien bronkitis kronis
- b. Kajian Sistem (Review
of System)
1) Inspeksi
Prosedur inspeksi yang dilakukan oleh perawat adalah:
a) Pemeriksaan dada dimulai
dari dada posterior dan pasien harus dalam keadaan duduk.
b) Dada diobservasi dengan
membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
c) Tindakan dilakukan dari
atas sampai ke bawah.
d) Inspeksi dada posterior terhadap
warna kulit dan kondisinya (skar, lesi dan massa) dan gangguan tulang belakang
(kifosis, skoliosis dan lordosis).
e) Catat jumlah (frekuensi
napas), irama (reguler/irreguler), kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada.
f) Observasi tipe
pernapasan seperti: pernapasan hidung atau pernapasan diafragma serta
penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi intercostae.
g) Saat mengobservasi
respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E). Rasio
pada fase ini normalnya adalah 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan
adanya obstruksi pada jalan napas dan sering ditemukan pada pasien dengan Chronic
Airflow Limititation (CAL) / Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD).
h) Kaji konfigurasi dada dan
bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan diameter lateral/transversal
(T). Rasio normal berkisar antara 1:2 sampai 5:7, tergantung dari kondisi
cairan tubuh pasien.
i) Kelainan pada
bentuk dada adalah:
1) Barrel chest
Timbul akibat terjadinya over inflation paru-paru. Terdapat
peningkatan diameter AP:T (1:1), sering terjadi pada pasien emfisemia.
2) Funnel chest (pectus
excavatum)
Timbul jika terjadi depresi pada bagian bawah dari sternum.
Hal ini akan menekan jantung dan pembuluh darah besar yang mengakibatkan
murmur. Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfan’s syndrome atau
akibat kecelakaan kerja.
3) Pigeon chest (pectus
carinatum)
Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan
terjadi peningkatan diameter AP. Terjadi pada pasien dengan kifoskoliosis
berat.
4) Kyphoscoliosis (kifoskoliosis)
Terlihat dengan adanya elevasi scapula yang akan mengganggu
pergerakan paru-paru. Kelainan ini dapat timbul pada pasien dengan osteoporosis
dan kelainan musculoskeletal lain yang mempengaruhi toraks. Kifosis adalah
meningkatnya kelengkungan normal columna vertebrae thoracalis menyebabkan
pasien tampak bongkok. Sedangkan skoliosis adalah melengkungnya vertebrae
thoracalis ke samping, disertai rotasi vertebrae.
i) Observasi
kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya
ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru-paru atau pleura.
j) Observasi
retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang dapat
mengindikasikan obstruksi jalan napas.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan
dada dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan
mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi). Palpasi toraks berguna untuk
mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti massa, lesi, dan
bengak. Perlu dikaji juga kelembutan kulit terutama jika pasien mengeluh
nyeri.Perhatikan adanya getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara (vocal
premitus).
3) Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner,
organ yang ada di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis
suara perkusi ada dua jenis yaitu:
a) Suara perkusi normal
1) Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dan normalnya bergaung
dan bersuara rendah.
2) Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
3) Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya
bersifat musical.
b) Suara perkusi abnormal
1) Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan
timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
2) Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada
perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna
mencangkup mendengar suara napas normal dan suara tambahan (abnormal).Suara
napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari
laring ke alveoli dan bersifat bersih.
a) Jenis suara napas normal
adalah:
1) Bronchial: sering juga disebut tubular sound karena suara ini
dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar keras,
nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada
inspirasi dan tidak ada jeda di antara kedua fase tersebut (E > I). Normal
terdengar di atas trachea atau daerah lekuk suprasternal.
2) Bronkovesikular: merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular.
Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama panjang
dengan ekspirasi (E = I). Suara ini terdengar di daerah dada dimana bronkus
tertutupoleh dinding dada.
3) Vesikular: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi
lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan (E < I).
b) Jenis suara napas tambahan
adalah:
1) Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter
suara nyaring, musical, suara terus-menerus yang disebabkan aliran udara
melalui jalan napas yang menyempit.
2) Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter
suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus.
Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum.
3) Pleural fiction
rub: terdengar saat inspirasi dan
ekspirasi. Karakter suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari
inflamasi pada daerah pleura. Sering kali pasien mengalami nyeri saat bernapas
dalam.
4) Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
- Fine crackles:
setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup,
terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau
bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
- Coarse crackles:
lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan
terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang
besar. Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.
- c. Pengkajian
psikososial
Pengkajian psikososial meliputi kajian tentang aspek
kebiasaan hidup pasien yang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi
respirasi.Beberapa kondisi respiratori timbul akibat stres. Penyakit pernapasan
kronis dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan hubungan dengan
orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan, atau ketidakmampuan.
Dengan mendiskusikan mekanisme pengobatan, perawat dapat mengkaji reaksi pasien
terhadap masalah stres psikososial dan mencari jalan keluar.
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan
objektif untuk membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan
proses berpikir kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga,
rekam medik, dan pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan
respons aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat
mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya (Carlson et al, 1991;
Carpenito, 1995). Setelah merumuskan diagnosa keperawatan spesifik, perawat
menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk menetapkan prioritas diagnosa
dengan membuat peringkat dalam urutan kepentingannya.Prioritas ditegakkan untuk
mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan ketika klien mempunyai masalah
atau perubahan multiple (Carpenito, 1995).
Proses diagnosa keperawatan dibagi menjadi kelompok
interpretasi dan menjamin keakuratan diagnosa dari proses keperawatan itu
sendiri. Perumusan pernyataan diagnosa keperawatan memiliki beberapa syarat
yaitu mempunyai pengetahuan yang dapat membedakan antara sesuatu yang aktual,
risiko, dan potensial dalam diagnosa keperawatan.
Pada pasien dengan gangguan system respirasi yaitu sebagai berikut :
- a. Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas
1) Definisi
Yaitu ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau
obstruksi saluran pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang bersih.
2) Batasan Karakteristik
a) Subjektif
1) Dispnea.
b) Objektif
1) Bunyi napas tambahan (misalnya Ronkhi basah halus, ronchi
basah kasar, dan ronkhi kering).
2) Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan.
3) Batuk tidak ada atau tidak efektif.
4) Sianosis.
5) Kesulitan untuk bersuara.
6) Penurunan bunyi napas.
7) Orthopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi
duduk atau berdiri dan sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif
paru.
8) Kegelisahan
9) Sputum.
10) Mata terbelalak (melihat).
3) Faktor yang
berhubungan
a) Lingkungan
Merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.
b) Obstruksi Jalan
Napas
Spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mucus berlebih,
adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing dari jalan napas, sekresi pada
bronchi, dan eksudat pada alveoli.
c) Fisiologis
Disfungsi neuromuskuler, hiperplasi dinding bronchial, PPOK,
Infeksi, asma, alergi jalan napas, dan trauma.
4) Hasil yang
Disarankan NOC
a) Status
Pernapasan ; Pertukaran Gas.
Yaitu pertukaran CO2 atau O2 di
alveolar untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri.
b) Status
Pernapasan ; Ventilasi.
Yaitu perpindahan udara masuk dan dan keluar dari paru-paru.
c) Perilaku
Mengontrol Gejala
Yaitu tindakan seseorang untuk meminimalkan perubahan
sampingan yang didapat pada fungsi fisik dan emosi.
d) Perilaku Perawatan :
Penyakit atau Cidera
Yaitu tindakan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan
patologi.
- b. Ketidakefektifan
Pola Nafas
- Definisi
Ketidakefektifan pola nafas merupakan kondisi ketika
individu mengalami penurunan ventilasi yang adekuat, actual atau potensial,
karena perubahan pola nafas.
- Batasan karakteristik
a) Mayor (harus ada):
1) Perubahan frekuensi dan
pola pernafasan (dari nilai dasar)
2) Perubahan nadi (frekuensi,
irama, kualitas)
b) Minor (mungkin ada):
1) Ortopnea
2) Takipnea, hiperpnea,
hiperventilasi
3) Pernafasan disritmik
4) Pernafasan yang hati-hati
- Faktor yang berhubungan
a) Patofisiologis
1) Berhubungan dengan sekresi
yang berlebihan atau kental ,sekunder akibat: infeksi, inflamasi, alergi,
merokok, penyakit jantung atau paru.
2) Berhubungan dengan
immobilitas, sekresi yang statis, dan batuk tak efektif, sekunder akibat:
2.1 Penyakit system persarafan, misal: miastenia
gravis
2.2 Depresi system saraf pusat (SSP)/ trauma kepala
2.3 Cedera serebrovaskular (stroke)
2.4 Kuadriplegia
b) Terkait Pengobatan
1) Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat:
1.1 Efek sedative obat (sebutkan)
1.2 Anestesia, umum atau spinal
1.3 Berhubungan dengan penekanan reflek batuk, sekunder
akibat (sebutkan)
1.4 Berhubungan efek trakeostomi (perubahan sekresi)
c) Situasional (Personal,
Lingkungan)
1) Berhubungan dengan
immobilitas, sekunder akibat:
1.1 Pembedahan atau trauma
1.2 Nyeri, takut, ansietas
1.3 Kelelahan
1.4 Gangguan persepsi/kognitif
2) Berhubungan dengan
kelembaban yang sangat tinggi atau rendah
3) Untuk bayi, yang
berhubungan dengan tidur pada posisi tengkurap
4) Pajanan terhadap udara
dingin, tertawa, menangis, allergen, asap.
- c. Gangguan
Pertukaran Gas
- Definisi
Kelebihan dan kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi
karbondioksida dimembrane kapiler-alveolar.Ketidakmampuan untuk membersihkan
sekresi atau obstruksi saluran pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang
bersih.
- Batasan Karakteristik
- Subjektif
1) Dispnea.
2) Sakit kepala pada saat
bangun.
3)
Gangguan penglihatan.
- Objektif
1) Gas darah arteri yang tidak
normal.
2) pH arteri tidak normal.
3) Ketidaknormalan frekuensi,
irama dan kedalaman pernapasan.
4) Warna kulit tidak normal
(misalnya pucat atau kehitaman).
5) Konfusi.
6) Cianosis (hanya pada
neonates).
7) Karbondioksida menurun.
8) Diaphoresis
9) Hiperkapnia.
10) Hiperkarbia.
11) Hipoksia.
12) Hipoksemia.
13) Iritabilitas.
14) Cuping hidung mengembang.
15) Gelisah.
16) Sputum.
17) Takhikardia.
18) Mata terbelalak.
- Faktor yang berhubungan
a) Lingkungan
Merokok, menghirupasap rokok, dan perokok pasif.
b) Obstruksi jalan napas
Spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mucus berlebih,
adanya jalan napas bantuan, sekresi pada bronki, eksundat pada alveoli.
c) Fisiologis
Disfungsi neuro miskular, PPOK, hyperplasmia dinding
bronchial, infeksi asma, alergi jalan naps, dan trauma.
- Hasil yang Disarankan NOC
a) Status Pernapasan:
pertukaran gas, yaitu CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan konsentrasi
gas darah arteri.
b)
Status Pernapasan Ventilasi, yaitu perpindahan udara masuk dan dan keluar dari
paru-paru.
c)
Perilaku mengontrol gejala: tindakan seseorang yang yang meminimalkan perubahan
sampingan yang di dapat pada fungsi fisik dan emosi.
d)
Perilaku perawatan: penyakit atau cidera tindakanseseorang untuk mengurangi
atau menghilangkan patologi.
- d. Fungsi
Pernafasan, Resiko Ketidakefektifan
- Definisi
Risiko ketidakefektifan pernapasan (ARF) merupakan kondisi
ketika individu berisiko mengalami ancaman pada jalan masuk udara menuju
saluran pernapasan dan/ ancaman pada pertukaran gas (O2-CO2) antara paru-paru
dan system vaskuler.
- Faktor resiko
Adanya faktor risiko yang dapat mengubah fungsi pernapasan
(lihat faktor yang berhubungan)
- Faktor yang berhubungan
a) Patofisiologis
1) Berhubungan dengan sekresi
yang berlebihan atau kental ,sekunder akibat: infeksi, inflamasi, alergi,
merokok, penyakit jantung atau paru.
2) Berhubungan dengan
immobilitas, sekresi yang statis, dan batuk tidak efektif, sekunder akibat:
2.1 Penyakit system persarafan, missal: miastenia
gravis
2.2 Depresi system saraf pusat (SSP)/ trauma kepala
2.3 Cedera serebrovaskular (stroke)
2.4 Kuadriplegia
b) Terkait Pengobatan
1) Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat:
1.1 Efek sedative obat (sebutkan)
1.2 Anestesia, umum atau spinal
1.3 Berhubungan dengan penekanan reflek batuk, sekunder
akibat (sebutkan)
1.4 Berhubungan efek trakeostomi (perubahan sekresi)
c) Situasional (Personal,
Lingkungan)
1) Berhubungan dengan
immobilitas, sekunder akibat:
1.5 Pembedahan atau trauma
1.6 Nyeri, takut, ansietas
1.7 Kelelahan
1.8 Gangguan persepsi/kognitif
2) Berhubungan dengan
kelembaban yang sangat tinggi atau rendah
3) Untuk bayi, yang
berhubungan dengan tidur pada posisi tengkurap
4) Pajanan terhadap udara
dingin, tertawa, menangis, allergen, asap.
- e. Disfungsi
Respon Penyapihan Ventilator
- Definisi:
Disfungsi respon penyapihan ventilator (DRPV) merupakan suatu keadaan ketika individu tidak
dapat menyesuaikan terhadap tingkat terendah dukungan ventilator mekanik
sehingga mengganggu dan memeperpanjang proses penyapihan.
- Batasan karateristik:
- a. Ringan
Mayor
1) Gelisah
2) Frekuensi pernapasan sedikit
meningkat dari nilai dasar
Minor
1) Mengekspresikan perasaan
tentang peningkatan kebutuhan oksigen, pernapasan tidak nyaman, keletihan, dan
hangat
- b. Sedang
Mayor
1) Tekanan darah meningkat
<20 mmHg dari nilai dasar
2) Frekuensi jantung meningkat
<20 denyut/menit dari nilai dasar
3) Frekuensi pernapasan
meningkat <5 kali/menit dari nilai dasar
Minor
1) Ketakutan
2) Berkeringat
3) Mata melebar
4) Perubahan warna kulit:
pucat,agak sianosis
5) Sedikit menggunakan otot
aksesoris pernapasan
- c. Berat
Mayor
1) Agitasi
2) Penyimpangan yang
signifikan dalam gas-gas darah arteri dari nilai dasar
3) Peningkatan tekanan darah
> 20 mmHg dari nilai dasar
4) Peningkatan frekuensi
jantung > 20 kali/menit dari nilai dasar
5) Pernapasan cepat, dangkal
> 25 kali/menit
Minor
1) Penggunaan sempurna otot
aksesoris pernapasan
2) Pernapasa abdomen
paradoksikal
3) Bunyi napas tambahan
4) Sianosis
5) Banyak berkeringat
6) Pernapasan tidak
terkoordinasi dengan ventilator
7) Penurunan tingkat kesadaran
- Faktor yang berhubungan
- Patofisiologis
1) Berhubungan dengan
kelemahan dan keletihan sekunder akibat:
1.1
Status hemodinamik tidak stabil
1.2
Penurunan tingkat kesadaran
1.3
Anemia
1.4
Infeksi
1.5
Abnormalitas metabolic atau keseimbangan asam basa
1.6
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
1.7
Proses penyakit berat
1.8
Penyakit pernapasan kronis
1.9
Ketidakmampuan neuromuscular kronis
1.10 Penyakit
multisystem
1.11 Kurang nutrisi
kronis
1.12 Kondisi yang
melemah
2) Berhubungan dengan
ketidakefektifan bersihan jalan napas
- Tindakan yang Berhubungan
1) Berhubungan dengan
obstruksi jalan napas
2) Berhubungan dengan
kelemahan dan keletihan otot sekunder akibat:
2.1 Sedasi berlebihan
2.2 Nyeri tidak terkontrol
3) Berhubungan dengan
ketidakadekuatan nutrisi (deficit kalori, kelebihan karbohidrat,
ketidakadekuatan asupan lemak dan protein)
4) Berhubungan dengan
ketergantungan ventilator jangka panjang (> 1 minggu)
5) Berhubungan dengan
ketidakberhasilan upaya penyapihan ventilator sebelumnya
6) Berhubungan dengan langkah
yang terlalu cepat dalam proses penyapihan
- Situasional (Personal, Lingkungan)
1) Berhubungan dengan
ketidakcukupan pengetahuan tentang proses penyapihan
2) Berhubungan dengan
kebutuhan energy yang sangat berlebihan (aktivitas perawatan diri, prosedur
diagnostic dan pengobatan, pengunjung)
3) Berhubungan dengan
ketidakadekuatan dukungan social
4) Berhubungan dengan
lingkungan tidak aman (bising, kejadian yang membingungkan, ruangan sibuk)
5) Berhubungan dengan
keletihan sekunder akibat gangguan pola tidur
6) Berhubungan dengan
kemanjuran diri tidak adekuat
7) Berhubungan dengan ansietas
sedang sampai berat yang berkaitan dengan upaya pernapasan
8) Berhubungan dengan
ketakutan akan perpisahan dari ventilator
9) Berhubungan dengan perasaan
ketidakberdayaan
10) Berhubungan dengan perasaan keputusasaan
- f. Resiko
Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator
- Definisi
Risiko Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator adalah keadaan
ketika individu beresiko untuk mengalami suatu ketidakmampuan penyesuaian
terhadap dukungan ventilator mekanik tingkat rendah selama proses penyapihan,
yang berhubungan dengan ketidaksiapan fisik dan atau psikologis terhadap
penyapihan.
- Faktor Resiko
a) Patofisiologis
1) Berhubungan dengan obstruksi
jalan napas
2) Berhubungan dengan
kelemahan otot dan keletihan sekunder akibat :
2.1 Gangguan
fungsi pernapasan
2.2 anemia
2.3 penurunan
tingkat kesadaran
2.4 Infeksi
2.5 Abnormalitas
metabolic dan asam basa
2.6
Ketidakseimbangan cairan / elektrolit
2.7 Status
hemodinamik yang tidak stabil
2.8 Disritmia
2.9 Kekacaun
mental
2.10 Demam
2.11 Proses penyakit yang berat
2.12 Penyakit multisystem
b) Tindakan yang berhubungan
1) Dengan ketidakefektifan
bersihan jalan napas
2) Dengan sedasi yang
berlebihan, analgesia
3) Dengan nyeri tak terkontrol
dan keletihan
4) Dengan ketidakadekuatan
nutrisi
5) Dengan ketergantungan pada
ventilator jangka panjang lebih dari 1 minggu
6) Dengan ketidakberhasilan
upaya penyapihan sebelumnya dan terlalu cepat melakukan proses penyapihan
c) Personal/ Lingkungan
1) Berhubungan dengan
kelemahan otot dan keletihan sekunder
2) Berhubungan dengan deficit
pengetahuan tentang proses penyapihan
3) Berhubungan dengan ansietas
4) Berhubungan dengan perasaan
ketidakberdayaan dan putus asa
5) Berhubungan dengan dukungan
sosial yang tidak memadai
6) Berhubungan dengan
ketidakpastian lingkungan ( bising, ruangan sibuk, dll)
7) Berhubungan dengan
ketakutan terlepas dari ventilator
- g. Gangguan
Ventilasi Spontan
- Definisi
Suatu keadaan ketika individu tidak dapat memepertahankan
pernapasan yang adekuat untuk mendukung kehidupannya.Ini dilakukan karena
penurunan gas darah arteri, peningkatan kerja pernapasan dan penurunan energy.
- Batasan Karakteristik
MAYOR
|
|
Dispnea
|
Peningkatan laju
metabolic
|
MINOR
|
|
Peningkatan
kegelisahan ketakutan
|
Peningkatan
penggunaan otot-otot
|
Penurunan volume
tidal
|
Aksesori pernapasan
|
Peningkatan
frekuensi jantung
|
Penurunan PO2
|
Penurunan kerjasama
,
Peningkatan PCO2
|
Penurunan SaO2
|
2.3.3 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku
spesifik yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan
oleh perawat.Intervensi dilakukan untuk membantu pasien dalam mencapai hasil
yang diharapkan.Intervensi disebut juga implementasi yang merupakan kategori
dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan
(Griffith & Christensen, 1986).
Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan
jelas.Pengkualifikasian seperti bagaimana, kapan, di mana, frekuensi, dan besarnya
memberikan isi dari aktivitas yang direncanakan.Intervensi keperawatan dapat
dibagi menjadi dua yaitu mandiri yaitu dilakukan oleh perawat dan kolaboratif
yaitu yang dilakukan oleh pemberi perawatan lainnya.
Pada pasien dengan gangguan system respirasi yaitu sebagai berikut :
- 1. Intervensi
Pernafasan, Resiko Gangguan
- Intervansi Generik
1) Kaji adanya penurunan nyeri
yang optimal dengan periode keletihan atau depresi pernapasan yang minimal
2) Beri semangat untuk
melakukan ambulasi segera setelah konsisten dengan rencana perawatan medis
3) Jika tidak dapat berjalan,
tetapkan suatu aturan untuk turun dari tempat tidur duduk di kursi beberapa
kali sehari (misalnya, 1 jam setelah makan dan 1 jam sebelum tidur)
4) Tingkatkan aktivitas secara
bertahap, jelaskan bahwa fungsi pernapasan akan meningkat dan dispnea akan
menurun dengan melakukan latihan
5) Bantu untuk reposisi,
mengubah posisitubuh dengan sering dari satu sisi ke sisi yang lainnya, (setiap
jam jika mungkin)
6) Beri semangat untuk
melakukan latihan napas dalam dan latihan batuk yang terkontrol lima kali
setiap jam
7) Ajarkan individu untuk
menggunakan botol tiup atau spidometer intensif setiap jam saat bangun (pada
kerusakan neuromuskular berat, ada baiknya individu dibangunkan selama malam
hari)
8) Auskultasi bidang paru
setiap 8 jam, tingkatkan frekuensi jika ada gangguan bunyi napas
- Intervensi Pediatrik
1) Observasi terhadap
pernapasan cuping hidung, retraksi, atau sianosis
2) Izinkan anak untuk memilih
warna air dalam botol tiup
3) Pantau masukan, keluaran,
dan berta jenis urine
4) Beri penjelasan sesuai usia
untuk latihan napas dalam
- 2. Intervensi
Disfungsi Respons Penyapihan Ventilator
- Intervensi Generik
1) Jika memungkinkan, kaji
faktor penyebab ketidakberhasilan upaya penyapihan sebelumnya
a) Ketidakadekutan substrat
energi: oksigen nutrisi dan istirahat
b) Status kenyamanan
takadekuat
c) Kebutuhan aktivitas
berlebihan
d) Penurunan harga diri, rasa
percaya diri, kontrol pernapasan
e) Kurangnya pengetahuan
tentang perannya
f) Kurangnya hubungan
saling percaya dengan staf
g) Keadaan emosional negatif
h) Lingkungan penyapihan yang
merugikan
2) Tetapkan kesiapan
penyapihan (Geisman, 1989)
a) Konsentrasi oksigen pada
ventilator 50% atau kurang
b) Tekanan ekspirasi-akhir
positif kurang dari 5 cm tekanan air
c) Frekuensi pernapasan kurang
dari 30 kali permenit
d) Ventilasi menit kurang dari 10
liter per menit
e) Tekanan dinamik dan statik
rendah, dengan komplains sedikitnya 35 cm tekanan air
f) Kekuatan otot
pernapasan adekuat
g) Istirahatkan, kontrol rasa
tak nyaman
h) Keinginan untuk mencoba
penyapihan
3) Jika kesiapan penyapihan
ditetapkan ada, libatkan klien dalam penetapan rencana
a) Jelaskan proses penyapihan
b) Bekerja sama dalam
negosiasi tujuan penyapihan progresif
c) Jelaskan bahwa tujuan akan
ditelaan kembali setiap hari bersama individu
4) Rujuk ke protokol unit
untuk prosedur penyapihan yang khusus
5) Jelaskan perannya dalam
proses penyapihan
a) Perkuat perasaan harga
diri, kemanjuran diri dan kontrol diri
b) Perlihatkan kepercayaan
pada kemampuan pasien untuk penyapihan
c) Pertahankan kepercayaan
pasien dengan mengadopsi langkah penyapihan (membutuhkan intruksi dokter) yang
akan menjamin keberhasilan dan meminimalkan kemunduran
d) Tingkatkan kepercayaan dalam staf
dan lingkungan.
6) Kurangi pengaruh negatif
dari ansietas dan keletihan
a) Pantau status dengan
teratur untuk menghindari keletihan dan ansietas yang tidak semestinya
b) Beri periode istirahat yang
teratur sebelum keletihan berlanjut
c) Jika individu mulai
gelisah, bicaralah padanya untuk menennagkan sementara tetap di samping tempat
tidur
d) Jika percobaan penyapihan
dihentikan, arahkan persepsi pasien pada kegagalan penyapihan. Yakinkan pasien
bahwa percobaan adalah latihan yang baik dan bentuk latihan yang sangat
berguna.
7) Ciptakan lingkungan
penyapihan yang positif, yang meningkatkan perasaan aman individu.
8) Koordinasikan aktivitas
yang perlu untuk meningkatkan waktu istirahat atau relaksaai yang adekuat.
9) Koordinasikan jadwal
analgesik dengan jadwal penyapihan.
10) Mulai percobaan penyapihan saat individu cukup
istirahat, biasanya pada pagi hari setelah tidur malam.
11) Diskusikan elemen proses penyapihan dengna petugas
kesehatan lain untuk memaksimalkan kemungkinan keberhasilan penyapihan.
- Intervensi pediatrik
Tunda pemberian makan per oral 2 jam sebelum upaya
penyapihan dan setelah ekstubasi.
- 3. Intervensi Resiko
Disfungsi Respons Penyapihan Ventilator
- Intervensi Generik
1) Kaji faktor penyebab dan
penunjang dari ketidakadekuatan keefektifan diri tentang diri tentang kesiapan
penyapihan
a) Ungkapkan kebutuhan lanjut untuk dukungan
ventilator
b) Meminta untuk menunda dimulainya penyapihan
c) Merasa prihatin tentang kemempuan penyesuaian
terhadap dukungan ventilator derajat rendah atau tentang kemungkinan
keberhasilan penyapihan
d) Agitasi ketika penyapihan dibicarakan
e) Peningkatan tekanan darah, nadi dan
pernapasan ketika membicarakan penyapihan.
2) Kurangi faktor risiko
Negosiasikan dengan staf medis untuk menunda dimulainya
penyapihan dan rencana penyapihan dengan langkah perlahan sehingga dapat
memastikan keberhasilan setiap langkah.
- 4. Intervensi
Ketidakefektifan Pola Pernafasan
- Intervensi Generik
Untuk Hiperventilasi
1) Pastikan individu bahwa
tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan
2) Alihkan perhatian individu
dari memikirkan tentang keadaan ansietas dengan meminta individu mempertahankan
kontak mata dengan anda. Katakan, “Sekarang perhatikan Saya dan bernapaslah
perlahan-lahan bersama Saya seperti ini”
3) Pertimbangkan penggunaan
kantong kertas jika bermaksud mengeluarkan kembali ekspirasi udara
4) Tetap bersama individu dan
latih untuk bernapas perlahan-lahan, bernapas lebih efektif
5) Jelaskan seorang dapat
belajar untuk mengatasi hiperventilasi melalui kontrol pernapasan secar sadar
apabila penyebabnya tidak diketahui
6) Mendiskusikan kemungkinan
penyebab, fisik dan emosional dan metoda penanganan yang efektif
- Intervensi Pediatrik
Jika anak cenderung bronkospasme, obat-obatan dapat
diindikasikan
- 5. Intervensi
Gangguan Pertukaran Gas
- Aktivitas Utama
1) Kaji bunyi paru, frekuensi
napas,kedalaman dan usaha napas serta produksi sputum
2) Pantau saturasi O2 dengan
oksimeter nadi
3) Pantau hasil gas darah
(misal PaO2 yang rendah, PaCO2 yang meningkat, kemunduran tingkat respirasi)
4) Pantau kadar elektrolit
5) Pantau status mental
6) Peningkatan frekuensi
pemantauan pada saat pasien tampak somnolen
7) Observasi terhadap
sianosis, terutama membran mukosa mulut
8) Identifikasi kebutuhan
pasien akan insersi jalan napas aktual/potensial
9) Auskultasi bunyi napas,
tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
10) Pantau status pernapasan dan oksigenasi
11) Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan
(oksigen, pengisap,spirometer)
12) Ajarkan teknik bernapas dan relaksasi
13) Jelaskan pada pasien dan keluarga alasan suatu
tindakan dilakukan misal: terapi oksigen
14) Ajarkan teknik perawatan di rumah (pengobatan,
aktivitas, alat bantu, tanda dan gejala yang perlu dilaporkan)
15) Ajarkan batuk efektif
- Aktivitas Kolaboratif
1) Konsultasikan dengan dokter
tentang kebutuhan akan pemeriksaan gas darah arteri dan penggunaan alat bantu
yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien
2) Laporkan perubahan
sehubungan dengan pengkajian data (misal: bunyi napas, pola napas, analisa gas
darah arteri,sputum,efek dari pengobatan)
3) Berikan obat yang diresepkan
(misal: natrium bikarbonat) untuk mempertahankan kesiembangan asam-basa
4) Siapkan pasien untuk
ventilasi mekanis
5) Berikan oksigen sesuai
dengan keperluan
6) Berikan bronkodilator,
aerosol, nebulasi
- Aktivitas Lain
1) Jelaskan kepada pasien
sebelum memulai pelaksanaan prosedur untuk menurunkan ansietas dan meningkatkan
rasa kendali
2) Beri jaminan kepada pasien
selama periode disstres atau cemas
3) Lakukan higiene mulut
secara teratur
4) Lakukan tindakan untuk menurunkan
konsumsi oksigen (misal mengurangi kecemasan, pengendalian demam dan nyeri)
5) Atur posisi untuk
memaksimalkan potensial ventilasi dan mengurangi dispnea
6) Masukkan jalan napas buatan
melalui hidung atau nasofaring
7) Lakukan fisioterapi dada
sesuai kebutuhan
8) Bersihkan sekret dengan
suctioning atau batuk efektif
9) Rencanakan perawatan pasien
yang menggunakan ventilator:
a) Meyakinkan keadekuatan
pemberian oksigen dengan melaporkan ketidaknormalan gas darah arteri,
menggunakan ambubeg yang dilekatkan pada sumber oksigen di sisi bed dan
melakukan hiperoksigenasi sebelum melakukan pengisapan
b) Meyakinkan keefektifan pola
napas dengan megkaji sinkronisasi dan kemungkinan kebutuhan sedasi
c) Memertahankan kepatenan
jalan napas dengan melakukan pengisapan dan memertahankan selang endotrakea
atau pindahkan ke sisi tempat tidur
d) Memantau komplikasi
(pneumotoraks)
e) Memastikan ketepatan
penempatan selang ET
2.3.4 Evaluasi
Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan.
Pada tahap ini perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan
dapat berhasil atau gagal. (Alfaro-LeFevre, 1994).Evaluasi adalah perbandingan
yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan
tenaga kesehatan lainnya (Griffith & Christensen, 1986).
Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi
keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari
rencana keperawatan dapat diterima. Perencanaan merupakan dasar yang mendukung
suatu evaluasi. Menetapkan kembali informasi baru yang diberikan kepada klien
untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan, tujuan, atau intervensi
keperawatan. Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah
keputusan bersama antara perawat dan klien (Yura & Walsh, 1988).
Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari
klien itu sendiri. Proses evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam
menetapkan rencana asuhan keperawatan, termasuk pengetahuan mengenai standar
asuhan keperawatan, respon klien yang normal terhadap tindakan keperawatan, dan
pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
Evaluasi disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana
keberhasilan mencapai kriteria hasil, sehingga dapat diputuskan apakah
intervensi tetap dilanjutkan, dihentikan, atau diganti jika tindakan yang
sebelumnya tidak berhasil.
Pasien mempertahankan patensi jalan napas yang ditunjukkan
dengan:
- Peningkatan jalan napas
- Frekuaensi dan kedalaman napas sesuai
- Gas-gas darah dalam batasan normal
Pasien mempertahankan pola pernapasan yang efektif,
frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normal, penurunan dispnea, gas-gas
darah batas normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar